dewan kesenian hulu sungai selatan

dewan kesenian hulu sungai selatan
logo

Kamis, 21 April 2011

Huma di gunung

Johansyah Bunyu Fac

Huma di gunung,
Pecah – pecah tapak kaki perih luka,
Naik gunung turun gunung,
Meletakkan hidup di puncaknya,
Keseharian di lereng terjal,
...
Dan malam menutup petang,
Merah batas langit setelah hujan reda,
Dari atap balai titik air di tempurung menggema bunyi sahdu,
Anak beranjak belia dengan singkong rebus di tangan,
Mulut berjejal menggumpal sambil bertanya,
Apang … Umang, mahalkah sekolah itu ( ? )
Kalau mahal kenapa kawan – kawanku bisa sekolah ( ? )
Kapan aku bisa sekolah, Apang ( ? )
Umang, besok yaaa ( ! )
Hingga tak habis semua beban tanya menancap di pembuluh rasa,
Hingga tak habis keinginannya terucap bocah tertidur pulas,
Beralas lantai bambu “ paring ricihan “
Lembab menusuk tulang,
Tidur mendekap celengan bambu isinya tak seberapa,
Recehan dan ribuan kertas kumal – kumal,
Pemberian ayah sepulang menjual lanting ke kota,
Lewati jeram ganas batu dan “ Penanjak “ menghela maut,
Dan hidup bagai terhempas ke batu – batu,
Arus deras jeram Loksado tetap bangkitkan semangat,
Nyali Apang dan Umang mu takkan terhenti, nak ( ! )
Negeri kita ini kaya, nak ( ! )
Kapan kita bisa menikmatinya ( ? )
Nenek moyang kaya raya di kuras segelintir orang,
Hanya huma di gunung yang kami punya,
Tapak kaki bernanah terantuk runcing batu setiap hari,

Gunung adalah mata hati kami,
Jeram adalah urat nadi kami,
Angin adalah pesan kami,
Matahari adalah roh kami,
Dan kami tidak kaya raya,
Dan kami tidak beralas kaki,
Dan kami mengarungi jeram setiap hari,
Dan kami di belakang gunung – gunung dengan pendidikannya,
Dan kami anak – anak negeri,
Dan kami merayakan Hari Kartini seadanya,
Dan kami dengan baju kulit dan “ mandau “ turut berjuang,
Dan kami miris melihat ketimpangan,
Dan kami hanya bergantung pada harapan,
Dari Nenek moyang yang kaya raya,
Hidupilah negeri ini dengan rasa keadilan,
Hidupilah negeri ini dengan kepedulian,

Dan tangan kami mencengkram batu “ Benteng Madang “
Nafas kami giris dalam tangisnya di setiap malam,
Negeri ini tinggal sedikit lagi dari garis,
Negeri ini tidak sampai memetik rindu yang teramat dalam,
Negeri ini pada sunyi yang sesaat,
Menggapai dan mencapai ujungnya kemerdekaan.

( “ Refleksi Segunung Harapan “ – In Ultimo April 2011 – Lembayung 17 )

21-04-2011 ( Memperingati Hari Kartini )

Footnote :
~ Apang dan Umang ( Bhs. Dayak Loksado ) : Ayah dan Ibu.
~ Paring ricihan ( Bhs. Banjar ) : Bambu yg di belah kecil untuk lantai rumah, dll.
~ Penanjak ( Bhs. Banjar ) : Bambu kecil dan panjang untuk tongkat penghela kapal / lanting.
~ Mandau ( Bhs. Banjar ) : Senjata khas Suku Dayak.
~ Benteng Madang : Benteng peninggal sejarah di daerah Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan.
Lihat Selengkapnya